Senin, 02 Desember 2013

Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen (Consumer satisfaction) adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Pelanggan merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui. Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal lebih lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya menguntungkan perusahaan.  (Principle of Marketing 7e - Philip Kotler / 2000).
Dalam kasus pemasaran barang, ada 8 dimensi utama yang biasanya digunakan (menurut Gregorius Chandra 2002),  yaitu: 
  1. Kinerja (performance): Karakteristik operasi dasar dari suatu produk, misalnya kecepatan pengiriman barang, serta jaminan keselamatan barang. 
  2. Fitur (features): karakteristik pelengkap khusus yang dapat menambah pengalaman pemakaian produk. 
  3. Reliabilitas, yaitu probabilitas terjadinya kegagalan atau kerusakan produk dalam periode waktu tertentu.
  4. Konformasi (conformance), yaitu tingkat kesesuaian produk dengan standar yang telah ditetapkan. 
  5. Daya Tahan (Durability), yaitu jumlah pemakaian produk sebelum produk bersangkutan harus diganti. 
  6. Serviceablility, yaitu kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta kompetensi dan keramahtamahan staf layanan. 
  7. Estetika (aesthetics), menyangkut penampilan produk yang bisa dinilai dengan panca indrea (rasa, bau, suara dst). 
  8. Persepsi terhadap kualitas (perceived quality), yaitu kulitas yang dinilai berdasarkan reputasi penjual.
Dalam mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen, perlu diterapkan konsep pemasaran sbb :
  • Menerapkan strategi yang menjadi dasar dalam menghadapi perilaku konsumen/pelanggan.
  • Membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
  • Memberikan jaminan atas layanan atau produk yang anda jual.
  • Menciptakan hubungan personal karyawan/pemilik perusahaan dengan pelanggan (customer relationship).
  • Mampu mengantisipasi perubahan atau penambahan harapan pelanggan dengan meningkatkan kemampuan internal karyawan untuk pelayanan, dan sebagainya.
Terakhir, sebagai indikator untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen, Menurut PhilipKotler (2000), digunakan metode sbb :
  1. Sistem keluhan dan saran 
  2. Survei kepuasan pelanggan
  3. Pembelanja siluman (Ghost Shopping)
  4. Analisis pelanggan yang hilang (Lost Customer Analiysis).

Sumber:
http://handuk-qu.blogspot.com/2013/07/kepuasan-konsumen.html#.Upx5hsjkF0s

10 pendekatan psikologis untuk menarik calon konsumen

Salah satu rahasia bagi seorang pemasar yang belum terungkap hingga saat ini adalah keinginan konsumen. Produk seperti apa yang mereka suka, apa yang tidak mereka sukai dari produk kita, berapa harga yang mereka harapkan dan banyak rahasia lain yang tersimpan rapat di benak mereka. Berikut ini beberapa hal yang bisa sedikit menguak tentang keinginan konsumen yang perlu anda ketahui.

1. Kebanyakan orang menyukai kejutan, karena akan menciptakan perubahan pada rutinitas kehidupan mereka. Jadi, pastikan ada kejutan istimewa untuk pemesanan produk Anda.
2. Kebanyakan orang, ingin hidup lebih mudah. Jadi, sederhanakan cara pemesanan dan cara menggunakan produk Anda.
3. Kebanyakan orang menginginkan rasa aman. Beritahu konsumen, bahwa Anda memiliki sistem pemesanan yang aman dan terjamin.
4. Kebanyakan orang menyukai pujian terhadap prestasinya. Ucapkan sedikit pujian kepada calon konsumen Anda.
5. Kebanyakan orang, penasaran dengan hal yang akan merubah gaya hidupnya. Gunakan kata-kata yang membuat pembaca iklan Anda penasaran.
6. Kebanyakan orang, ingin berinventasi untuk masa depannya. Lebih baik menulis “ Investasikan uang Anda dengan produk ini…“ daripada “ Beli produk kami…”.
7. Kebanyakan orang menginginkan produk atau model terkini. Jelaskan kepada pembaca, bahwa produk Anda adalah produk terbaru di saat ini.
8. Setiap orang, pasti ingin mengatasi permasalahannya. Tuliskan masalah mereka dan tunjukkan bagaimana produk Anda bisa menyelesaikan masalah tersebut.
9. Kebanyakan orang, ingin membahagiakan orang di sekelilingnya. Tunjukkan bagaimana mereka akan membahagiakan orang di sekelilingnya dengan membeli produk Anda.
10. Kebanyakan orang, ingin mengatasi penghalang dalam mencapai tujuan hidupnya. Tunjukkan apa saja yang bisa mereka raih dengan produk Anda

Sumber:
http://jualabiz.blogspot.com/2008/05/10-pendekatan-psikologis-untuk-menarik.html

13 hal yang tidak disukai konsumen toko kelontong

1. Timbangan kurang PAS.
Setiap orang tidak suka jika dibohongi, begitu juga konsumen saat melakukan pembelian pada toko kita, jika kita sering mengurangi timbangan dan diketahui oleh konsumen, maka hal ini akan membuat mereka kecewa dan beranggapan toko kita tidak jujur. Nah apabila ini telah terjadi maka sudah dapat dipastikan konsumen akan kapok belanja pada toko kita dan akan beralih ke toko lain. dan lebih parahnya lagi jika konsumen tersebut bicara kepada orang lain, hal ini akan membuat orang lain yang bukan pelanggan kita menjadi enggan /tidak mau belanja pada toko kita.

2. Hindari kata “TIDAK ADA”.
Apabila ada konsumen yang ingin membeli barang tetapi tidak ada ditoko kita, sebaiknya hindarkan kata “TIDAK ADA” karena hal ini akan membuat asumsi bagi konsumen bahwa toko kita tidak lengkap, sebaiknya gunakan kata “BELUM TERSEDIA” atau kata “SEDANG KEHABISAN STOK” (jika memang barang tersebut pernah kita jual di toko kita). kemudian jika memungkinkan kita bisa saja menjanjikan akan mengadakan barang tersebut secepatnya. sehingga konsumen tersebut akan merasa diperhatikan atas kebutuhannya dan jika beruntung ia akan merekomendasikan bahwa toko kita lengkap kepada orang-orang.

3. Toko sering tutup
Apabila kita sering menutup toko, hal ini akan mengakibatkan konsumen yang ingin membeli dan melihat toko kita tutup maka dikemudian hari ia akan enggan untuk datang lagi ke toko kita, ia khawatir jangan-jangan toko kita sedang tutup lagi. oleh karena itu jika kita ingin sering menutup toko sebaiknya dilakukan secara terjadwal, misalkan setiap hari jum’at jam 11:00 s.d 14:00 dan informasi masi ini disampaikan pada konsumen, dapat melalui selembar kertas yang ditempel di depan toko. hal ini akan membuat konsumen merasa nyaman.

4. Jam operational tidak teratur
Hampir sama seperti di atas, hindari untuk melakukan jam operational toko yang tidak teratur, misalkan hari ini kita buka jam 06:00 besok kita buka jam 09:00 dan lusa berbeda lagi. hal ini akan membuat konsumen ragu apakah toko kita sudah buka atau belum. sebaiknya sama seperti di atas, buat informasi tentang jam operational toko kita, misalkan buka jam 06:00 s.d 21:00.

5. Penjaga toko sering tidak ditempat.
Sedikit berbeda dengan hal di atas, jika kita sering tidak ditempat, sering kebelakang atau mengerjakan yang lain selain menjaga toko sehingga konsumen perlu memanggil-manggil kita terlebih dahulu jika ia ingin melakukan pembelian. maka hal seperti ini akan membuat konsumen enggan untuk melakukan pembelian di kemudian hari, karena menganggap toko kita tidak ada pelayannya. akan lebih parah jika konsumen sudah tahu bahwa kita sering tidak ada di tempat dan menjadikan moment tersebut untuk mencuri barang dagangan kita, di saat kita tidak ada.

6. Terlalu lama menunggu.
Menunggu adalah suatu kegiatan yang membosankan, begitu juga konsumen saat melakukan pembelian, tidak peduli apakah toko kita sedang ramai atau kinerja pelayanan kita yang memang lambat. oleh karena itu usahakanlah untuk secepatnya melayani konsumen sehingga mereka merasa kebutuhan mereka segera dilayani dan merasa diperhatikan. Apabila toko kita memang sedang ramai dan tidak mungkin untuk segera melayani konsumen tersebut, setidaknya kita bisa menyapanya terlebih dahulu seperti :
Kita : “Selamat datang ibu, mau belanja apa ?…”
Ibu : “Eeem, mau belanja telur, mie instans, dll”
Kita : “Ok ibu, tunggu sebentar ya saya melayani ibu yang ini terlebih dahulu”
hal seperti ini akan memberikan kesan bahwa kita siap untuk melayani apa yang ia butuhkan.

7. Melayani konsumen yang datang belakangan.
Senada dengan hal di atas, biasakan untuk melayani konsumen yang datangnya duluan, jika Tidak, dapat saja pembeli yang datang duluan tersebut akan pergi dengan kesal karena ia merasa tidak dilayani dan akan kapok membeli pada toko kita. kecuali memang konsumen yang datang duluan tersebut mempersilahkan kita untuk melayani konsumen yang datangnya belakangan.

8. Malas mengucapkan “Terima Kasih”
Sering kali setelah melakukan transaksi penjualan kita diam atau acuh tak acuh terhadap konsumen yang baru membeli tersebut. sebaiknya biasakan untuk mengucapkan terima kasih pada konsumen tersebut, karena sesungguhnya laba/keuntungan yang kita dapat adalah dari pembelian konsumen tersebut. selain itu menjadikan image yang baik dan pelayanan yang ramah terhadap nama toko kita. hampir tidak ada orang yang tidak suka jika menerima ucapan “Terima Kasih”. karena sifat manusia adalah butuh dihargai dan dibutuhkan.

9. Salah menghitung total belanjaan.
Jika kita sering salah melakukan perhitungan total belanjaan, hal ini akan membuat konsumen berfikiran kita kurang pandai berhitung atau memang sengaja agar mendapatkan keuntungan yang lebih (jika ternyata totalnya lebih besar dari total semestinya). oleh karena itu, belajar dan biasakanlah menghitung dengan teliti dan tepat agar tidak membuat konsumen merasa di bohongi.

10. Ketinggalan barang belanjaan.
Senada dengan di atas, biasakanlah untuk memeriksa dan memastikan semua belanjaan konsumen telah di berikan semuanya saat konsumen tersebut beranjak meninggalkan toko, jangan sampai konsumen datang kembali untuk mengambil barang belanjaannya yang tertinggal. selain membuat image toko kita kurang teliti, hal ini akan membuat kesal konsumen karena harus datang dua kali ketoko kita dan memakan waktu dan tenaga.

11. Kembalian dengan Permen.
Hindari kembian dengan permen, karena tidak semua konsumen menyukai hal seperti ini, sebaiknya sediakan uang kecil untuk kembalian kepada konsumen. kecuali memang konsumen yang menghendakinya.

12. Barang dagangan yang kotor.
Sebaiknya diwaktu luang, sering-seringlah untuk membersihkan barang dagangan yang kotor dan berdebu, karena hampir semua orang tidak suka membeli barang yang kotor dan berdebu, terlebih-lebih yang dibeli tersebut adalah jenis makanan, jangan sampai toko kita dianggap sebagai toko yang jorok dan kotor.

13. Barang Kadarluarsa.
Sering-seringlah cek tanggal kadarluarsa dari barang dagangan kita. sama seperti di atas tidak ada orang yang mau membeli barang yang sudah kadarluarsa dan tidak layak untuk dikonsumsi. segera singkirkan dan musnahkan barang kadar luarsa agar tidak dikonsumsi oleh konsumen kita. jika memungkinkan saat terjadi transaksi pembelian kita boleh menginformasikan tanggal kadarluarsa dari barang yang dibeli konsumen kita, hal ini agar membuat mereka merasa tidak di bohongi saat membeli di toko kita.

Sumber:

5 cara menghadapi keluhan dari konsumen

KABAR24.COM, SEMARANG--Sebagai seorang enterpreneur, konsumen atau pelanggan adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan dengan serius.  Ungkapan 'konsumen adalah raja' memang benar adanya, karena puas atau tidak puasnya konsumen terhadap produk dan jasa yang Anda tawarkan adalah tolak ukur keberhasilan sebuah usaha.
Jika suatu saat Anda mendapat komplain dari konsumen, hadapilah. Jangan merasa takut dan terhakimi oleh komplain yang tertuju pada produk atau jasa yang Anda hasilkan. Daud Christian, pemilik label Fashion In Frame di Semarang, berbagi beberapa tips dalam menghadapi komplain dari konsumen.

! Dengar dan pahami
Hal pertama yang harus Anda lakukan ketika mendapatkan komplain adalah mendengarkan keluh kesah konsumen hingga selesai dan memahami d imana letak ketidaknyamanan yang dirasakan konsumen bersangkutan. Dua hal tersebut adalah poin-poin dasar untuk meningkatkan mutu kualitas prdouk dan jasa yang Anda tawarkan ke pasar.

! Berikan penjelasan
Terkadang ada konsumen yang mengajukan komplain secara sepihak yang mengesankan bahwa usaha Anda salah, padahal tidak setelah dilakukan pengecekan. Untuk kejadian seperti ini, Anda harus melupakan sementara ungkapan 'konsumen adalah raja'. Berikan penjelasan secara jelas mengenai kebijakan-kebijakan dalam usaha yang Anda jalankan dan bicarakan dengan nada yang ramah.

!Anda yang salah? Berikan kompensasi
Jangan pernah langsung merasa yang paling benar dan konsumen yang salah ketika mendapat komplain. Ketika faktanya memang produk atau jasa Anda yang salah, tentu Anda harus bersikap sportif. Akui kesalahan dan berikan kompensasi yang pantas bagi konsumen, contohnya pengembalian uang yang telah dibayarkan konsumen. Jika yang dikeluhkan berbentuk produk, jangan lupa untuk tetap meminta produk yang dimaksud kembali pada Anda.

!Lakukan peninjauan
Setelah selesai mendengar dan memahami komplain yang diajukan oleh konsumen, segeralah untuk meninjau usaha yang Anda jalankan. Segera perbaiki hal-hal yang dikeluhkan konsumen dan lebih baik lagi jika melakukan pengecekan secara menyeluruh guna memastikan kualitas produk atau usaha Anda tetap di jalur yang seharusnya.

!Jalin komunikasi yang baik
Sangat penting untuk meminta alamat atau nomor telepon dari konsumen yang mengajukan komplain. Hal ini bertujuan untuk tetap menjaga loyalitas konsumen. Di saat Anda telah memperbaiki hal-hal yang dikeluhkan, tanyakan pada konsumen yang bersangkutan apakah dia sudah merasa puas dengan penanganan atas komplain yang diajukannya

6 Tips belanja hemat di supermarket

Bagaimana cara efektif dan berhemat saat berbelanja di supermarket agar tidak melebihi budget? Berikut kiatnya:

1. Belanja makanan seminggu sekali
Mulailah kebiasaan belanja efektif dengan hanya belanja makanan satu kali dalam sepekan. Tempelkan catatan magnetik di lemari es, sediakan juga pena di dekatnya. Saat kehabisan stok makanan dan minuman di lemari es, segera tuliskan di catatan tadi.
Sebaiknya, luangkan waktu satu minggu sekali untuk membelanjakan kebutuhan makanan minuman, dan bisa fokus memenuhi semua kebutuhan penting ini tanpa perlu terburu waktu. Pastikan  membawa daftar belanja saat pergi ke supermarket..

2.Tak perlu pakai Troli?
Jika ke supermarket untuk membeli sebotol air, saat dalam perjalanan misalnya, tak perlu menggunakan keranjang. Saat akan membeli beberapa item, lebih dari tiga barang misalnya, pilih keranjang bukan troli. Rencana awal yang hanya ingin membeli beberapa barang bisa berantakan lantaran menggunakan troli. Pasalnya cenderung akan menjadi pebelanja impulsif dengan membeli barang yang sebenarnya tak masuk dalam daftar belanja.

3.Catat harga 12 produk.
Selain catatan daftar belanjaan,dibutuhkan catatan berisi daftar harga 12 kebutuhan rutin yang penting. Cek lemari es dan dapur, apa saja 12 kebutuhan penting tersebut. Biasanya, susu, roti masuk dalam daftar. Tuliskan masing-masing produk di satu halaman buku sebagai judul utama.
Bawa catatan ini setiap kali berbelanja di supermarket. Lalu catat berapa harga dari setiap produk, termasuk ketika supermarket menyertakan produk tersebut dalam program diskon mereka. Catat juga berapa harga setelah diskon. Juga bisa membandingkan harga dari satu supermarket dengan supermarket lainnya. Selisih harga bisa menghemat keuangan keluarga, bukan?

4.Pastikan harga di kasir benar.
Petugas kasir tak selalu mengikuti update harga produk atau produk yang sedang diskon. Pastikan harga yang lihat di rak sama dengan harga yang di kasir. Jika harganya keliru, berhak untuk menegurnya.

5.Gunakan kartu diskon dengan baik.
Supermarket biasanya menawarkan Anda kartu diskon untuk pembelanjaan produk tertentu. Jika terbiasa berbelanja di beberapa supermarket, dan  memiliki kartu diskon dari semua supermarket itu, hati-hatilah saat memakainya.
Pastikan kartu diskon tersebut dapat berfungsi dengan baik. Ada kalanya kartu diskon tak berlaku karena cara memperlakukannya keliru. Misal, karena cara menyimpannya tak benar, kartu tak terbaca saat petugas kasir memindainya. Pastikan juga kartu diskon berfungsi, artinya, benar-benar mendapatkan potongan harga dari kartu diskon tersebut.

6.Jangan tergoda kemasan
Saat membeli salad misalnya, lebih baik memilih berbagai bahan salad secara mandiri, bukan dengan memilih salad yang sudah dikemas rapi. Kemasan rapi mungkin maksudnya adalah untuk mempermudah , namun ada biaya di baliknya. Harganya tentu berbeda ketika membeli salad dalam kemasan, dengan salad yang pilah-pilih sendiri kemudian satukan dalam mangkuk misalnya. Cara ini bisa menghemat uang dengan menyampingkan kenyamanan.

Sumber :

Tips cara mengatur keuangan pribadi

1. Membuat pembukuan keuangan
Bagi Anda seorang pekerja, ada baiknya Anda membuat pembukuan mengenai besar jumlah pemasukan dan pengeluaran Anda setiap bulannya. Dengan menerapkan hal ini, maka Anda akan benar-benar memahami dan mengetahui apa saja kebutuhan yang harus diutamakan dan dikesampingkan. Sehingga besar pengeluaran Anda akan terkontrol dengan baik.

2. Hindari membeli kebutuhan sampingan
Apabila Anda menginginkan suatu barang yang hanya dipergunakan 1 atau dua kali saja, upayakan untuk tidak membelinya. Anda bisa hanya menyewanya dengan harga yang teolah ditentukan. Dengan menyewa, maka biaya yang akan Anda keluarkan akan lebih minim jika dibandingkan dengan harus membeli.

3. Menabung sejak dini
Salah cara mengelola keuangan yang Anda miliki yakni dengan membiasakan menabung sejak dini. Hal ini akan berguna saat Anda mengalami masalah keuangan. Untuk menabung, Anda bisa memanfaatkan layanan yang ada di Bank untuk menyimpan sebagian gaji yang Anda dapatkan setiap bulannya.


4. Mencari asuransi
Umumnya, setiap orang tidak akan mengetahui kapan mereka membutuhkan uang dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, Anda disarankan untuk mencari asuransi yang bertujuan untuk menjaga keuangan Anda saat sedang mengalami masa krisis.

5. Menggunakan kredit card
Salah satu cara mengelola keuangan pribadi Anda adalah dengan menggunakan kartu kredit. Pada dasarnya, kartu ini tidak akan membuat seseorang menjadi boros. Hal ini tergantung pada masing-masing penggunanya. Untuk itu, biasakan diri Anda untuk menerapkan pola hidup yang hemat agar keuangan Anda bisa terkontrol dengan baik.


Sumber :
http://wowgi.blogspot.com/2013/07/tips-cara-mengatur-dan-mengelola.html

tips aman belanja online

Berikut ini beberapa tips aman belanja online :
1. Riset terlebih dahulu tempat belanja online
Disini anda harus mengetahui kepopuleran sebuah situs yang anda akan belanja. Bagaimana cara mengetahui populernya sebuah situs belanja online ?Caranya ialah search di mesin pencarian, coba search nama situs online tersebut. Carilah komentar-komentar dari pembeli, jika ada tidak beres tinggalkanlah situs online tersebut dan cari yang lain.

2. Riset Penjual Barang di Tempat Belanja Online
Setelah me-riset tempatnya sekarang kita meriset penjualnya. Ini penting, karena tidak semua penjual itu jujur. Cari tahu seluk beluk si penjual, cari penjual yang benar-benar terpercaya. Jika ada nomer telopon penjualnya coba cek terlebih dahulu.

3. Jangan Tergiur Dengan Harga Murah
Mungkin anda saat melihat harga murah pada barang yang anda sukai langsung terpesona ingin membelinya. Janganlah anda tergiur, bisa-bisa anda tertipu dengan orang yang niat menipu anda. Pilihlah barang yang harganya sama dengan dipasaran.

4. Periksa Deskripsi Barang dan Harga
Periksa dengan teliti deskripsi barang dan harga, jangan sampai anda keliru. Penjual cenderung mengolah kata-katanya demi laku barang yang dia jual. Jadi anda harus benar-benar teliti jangan sampai anda salah membelinya

5. Simpan Tanda Bukti Transaksi
Simpanlah bukti jika anda telah bertransaksi, dan salin juga percakapan di e-mail antara anda dengan si penjual. Ini untuk di tunjukkan ke si penjual untuk mengirimkan barang pesanan anda
Sumber :

5 tips cara pandai berbelanja di mall

Berikut ini ada 5 tips berbelanja di mall yang membuat kita senang berbelanja :

1. Jangan lupa bawa daftar belanjaan saat berbelanja di mall
Sebelum berbelanja sebaiknya kita buat dulu barang-barang apa yang kita butuhkan (our needs). Daftar belanjaan bisa ditulis dalam kertas atau di handphone. Sekarang kan sudah ada notes dalam handphone. Walaupun ini tips lama tetapi sangat ampuh, setidaknya tujuan utama kita ke mall bisa terpenuhi, tidak ada hal-hal yang terlupakan

2. Bawa uang kas atau kartu e-money diisi uang dalam jumlah pas
Cara paling ampuh adalah bawa uang secukupnya dalam bentuk kas, jika belanjaan Anda kurang lebih di bawah 1juta Rupiah. Jika lebih dari 1 juta Rupiah kita gunakan kartu e-money (contohnya: flazz card). Isi kartu kurang lebih sesuai dengan belanjaan kita dan ditambah 10-20% apabila ada barang-barang yang kita inginkan (our wants). Langkah ini memang agak ribet tetapi sangat ampuh untuk meghindarkan kita dari gesek-menggesek kartu kredit atau debit.
Dahulu ada yang bilang, berbelanja dengan kartu kredit sangat enak, mengapa karena kartu kredit akan ada limitnya jadi kita tidak mungkin belanja melebihi limit. Pernyataan itu betul tetapi kurang bijak, mengapa? Biasanya bank memberikan limit kartu kredit sesuai dengan kemampuan pemilik kartu. Menurut Anda apakah bijak kita habiskan limit kartu kredit untuk berbelanja?

3. Baca dengan teliti sebelum membeli
Sebelum membeli barang ada baiknya baca dengan teliti spesifikasi dan harga. Biasanya hal ini yang agak menjengkelkan, karena ada beberapa tag harga yang dibuat cukup memusingkan, contohnya sosis. Pernakah Anda membeli  sosis di supermarket? Ada berapa banyak harga disana? Untuk merk sejenis bisa jadi ada harga untuk yang 250 gram ada juga yang 500 gram. Sebelum beli cermati dulu spesifikasi produk dan harganya.

4. Konsumen pandai tidak mudah terjebak promo
Pernakah Anda mengenali promo-promo yang dilakukan oleh mall atau toko-toko? Oke berikut ini Finansialku mencoba untuk mengumpulkan beberapa promo yang dilakukan oleh toko-toko.
 “Beli sekarang, harga diskon 30%”  tulisan ini bertujuan agar kita sebagai konsumen ditarik untuk membeli sekarang juga produk tersebut. Ini disebut juga strategi pemasaran Buy Now.
“Pembelian kedua diskon 50%” atau “mau beli pulsanya sekalian Pak?”  tulisan ini bertujuan agar kita sebagai konsumen tertarik untuk membeli barang selanjutnya atau kita sebagai konsumen diminta untuk membeli lebih banyak. Strategi ini sering disebut Buy More.
“Happy hour harga special paket xxx jam 13.00 – 15.00” atau “Setiap hari Selasa, beli 1 gratis 1”  tulisan ini bertujuan agar kita sebagai konsumen tertarik untuk membeli barang lebih banyak pada waktu-waktu atau kondisi tertentu. Pernakah Anda pergi ke tempat makan atau karoke pada jam-jam tertentu untuk mendapatkan harga spesial atau gratisan? Stragi ini memaksa kita sebagai konsumen untuk membeli lebih sering lagi. Strategi ini disebut dengan Buy Often.
Nah setelah Anda tau beberapa strategi promo, berbijak-bijaklah kita pilih mana yang harus dibeli. Promo seperti itu bagus, apalagi barangnya sedang kita butuhkan.

5. Kenali harga dan miliki kartu member
Ada baiknya beberapa barang bulanan yang kita butuhkan kita tahu harganya. Misal bagi yang punya bayi kenali harga susu, pampers. Mengapa? 1.apabila ada diskon bisa dimanfaatkan. 2. Untuk membuat anggaran bulanan. 3. Bisa digunakan untuk membandingkan tempat belanja. Jika ada waktu tidak ada salahnya kita berbelanja di tempat yang harganya paling bersahabat. Kartu member kadang-kadang berguna karena untuk produk-produk tertentu akan mendapat potongan harga.


Sumber :
http://www.finansialku.com/5-tips-cara-pandai-berbelanja-di-mall

Minggu, 01 Desember 2013

5 tips belanja cerdas

Nah, untuk menghindari pemborosan, beberapa tips dibawah ini mungkin bisa membantu anda:

Pertama, biasakan Anda membuat daftar belanjaan hanya untuk barang-barang yang benar-benar Anda butuhkan. Daftar belanja penting sebagai “kacamata kuda”, jadi mata Anda tidak kian kemari melihat-lihat barang yang tidak Anda butuhkan.

Kedua, godaan pertama biasanya terjadi di pintu masuk. Pengelola biasanya meletakan barang seperti cd, dvd, majalah  dan pernak-pernik lain dekat-dekat pintu masuk. Barang-barang tersebut mungkin tidak Anda perlukan tapi sulit untuk Anda hindari. Misalnya, mungkin didalam hati Anda sudah bertekad untuk membeli sebuah majalah karena isinya ada yang menarik hati Anda (padahal majalah tidak ada didalam daftar belanjaan Anda).

Ketiga, sikapi dengan bijaksana jika ada penawaran-penawaran khusus seperti misalnya “beli 3 buah mie instan dapat bonus satu”, atau “beli shampoo jenis tertentu dapat karbol wangi”, atau juga tawaran simpatik sales promotion girls untuk mencicipi suatu produk makanan/minuman.  Anda tidak segera membeli saat itu juga nggak mengapa, karena yakinlah, penawaran semacam itu di suatu saat yang tidak terlalu lama bakal muncul lagi, bahkan mungkin lebih heboh!

Keempat, supermarket biasanya meletakan barang-barang yang paling laku “nylempit” ditengah atau dipojokkan agar jika Anda mencarinya, maka Anda diharuskan melewati banyak produk lain sebelum mendapatkan apa yang Anda perlukan. Nah disini diperlukan kacamata kuda. Teruslah Anda berjalan menuju sasaran tanpa menoleh kanan kiri. Bila perlu untuk mempercepat waktu (yang berarti mempersempit kesempatan melihat-lihat barang lain), tanyalah letak barang yang Anda butuhkan ke pegawai supermarket.

Kelima, saat Anda sudah menyelesaikan tugas belanja Anda, godaan terakhir terjadi sewaktu Anda antre di kasir. Didepan kasir biasanya pengelola meletakan barang-barang “sepele” seperti permen, coklat, rokok, batu baterei, pisau cukur dan barang sepele lainnya. Hati-hati, sambil mengantre untuk membayar, biasanya Anda mulai iseng melihat-lihat, menyentuh, memegang dan mengamati barang-barang tersebut, dan akhirnya tanpa sadar memasukkan kedalam keranjang belanjaan Anda.

Sumber:
http://rackdisplay.wordpress.com/page/2/?ref=spelling

Belanja itu kebutuhan atau kesenangan ?

Dulu, orang berbelanja (membeli suatu barang) karena memang dia membutuhkan barang tersebut. Dia membeli    pakaian karena pakaian tersebut diperlukan – misalnya – untuk berlebaran. Membeli sabun karena sabun mandi dirumah sudah habis, atau membeli apa saja, umumnya karena barang tersebut dibutuhkan. Tempat berbelanjanya pun biasanya nggak pilih-pilih. Di pasar, oke. Di toko atau bahkan di warung-warung nggak masalah Keluhannya paling-paling masalah harga dan kualitas barang.
Seiring berkembangnya jaman, maka motif berbelanjapun mengalami perubahan. Dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan suatu barang, sekarang berbelanja juga dapat dijadikan sebagai bentuk mencari suatu kesenangan. Nah atas dasar inilah maka menjamurlah supermarket, hypermarket dan department  store dinegeri kita ini. Mereka berlomba-lomba menyediakan segala macam fasilitas untuk “menyenangkan” konsumen atau calon konsumennya……..
Berbelanja untuk mencari kesenangan artinya kecuali membeli barang-barang (yang kadang tidak terlalu dibutuhkan), dengan berbelanja dia akan merasa senang, bahagia, bergairah, lega dan nikmat. Untuk sampai pada situasi yang demikian, maka ada beberapa ukuran pencapaian. Pertama, berbelanja harus dirasakan sebagai tantangan yang menggembirakan dan menggairahkan. Artinya ketika berbelanja ada sensasi yang berkesan dan  membuat hati senang. Kedua, belanja merupakan media untuk bersosialisasi, bertemu dengan teman-teman, relasi  atau sarana rekreasi bersama keluarga. Adalah hal yang menyenangkan apabila sambil berbelanja, mereka juga bisa saling berbagi cerita, bergosip ria, sebagai ajang bertransaksi dengan relasi mereka, atau mengajak anak istri/suami melepas penat. Ketiga, berbelanja diyakini dapat untuk menghilangkan stress. Stres karena pekerjaan kantor yang berjibun, atau stress karena rutinitas pekerjaan di rumah. Dengan berbelanja, melihat-lihat barang/produk di rak-rak display, atau bahkan hanya sekedar jalan-jalan di supermarket misalnya, dipercaya dapat menghilangkan stress. Keempat, berbelanja  dapat menambah pengetahuan, setidaknya pengetahuan tentang produk-produk baru, mode yang sedang trendy atau pengetahuan tentang teknologi terbaru.
Yang tidak boleh dilupakan adalah motif belanja yang “konvensional” atau konvensional model baru. Yaitu disamping berbelanja barang-barang yang dibutuhkan mereka juga  memperoleh produk dan layanan yang berkualitas, serta penggunaan waktu dan tenaga yang efisien. Ukuran pencapaiannya adalah pertama, kualitas produk yang dijual di supermarket misalnya, berkualitas baik, mudah dicari dan diambil dan dikemas dengan baik. Kedua kualitas layanan berupa perhatian dan tawaran pertolongan dari wiraniaga tanpa merasa sedang diawasi, layanan parkir, layanan penitipan barang, dan sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan atau status seseorang, maka motif berbelanjanyapun akan bergeser dari sekedar mencari barang-barang yang dibutuhkan dengan kualitas prima kepada mencari barang sekaligus memperoleh kesenangan. Bergeser secara fisik dari berbelanja ditoko-toko, warung-warung atau pasar-pasar tradisional ke supermarket dan department store. Memang tidak semua, tapi itulah yang sedang terjadi, dan hal inilah yang harus diwaspadai oleh Anda para pebisnis supermarket atau sejenisnya. Suka tidak suka, mau tidak mau, Anda harus senantiasa meningkatkan fungsi-fungsi pemasaran Anda untuk menjawab kecenderungan tersebut.
Fungsi pemasaran atau lebih spesifik lagi atribut-atribut supermarket apa sajakah yang harus Anda kelola?  Pertama adalah faktor kenyamanan suasana yang dirasakan orang pada saat mengamati barang yang ditawarkan. Termasuk didalamnya adalah rancangan fisik supermarket, tata layout, display barang, tata warna, tata udara dan elemen arsitek lainnya.  
Kedua, faktor sosial, yaitu bagaimana rancangan fisik supermarket dapat dijadikan sarana berinteraksi dengan teman atau relasi,  atau sarana rekreasi bersama keluarga. 
Ketiga  lokasi supermarket yang bersangkutan. Termasuk didalamnya adalah kemudahan mencapai lokasi, kemudahan transportasi dan kemudahan parkir.  
Keempat  layanan pramuniaga, apakah cukup responsif, membantu, dapat dipercaya, ramah, empati, dan sebagainya. Dan yang terakhir adalah barang dagangannya sendiri, meliputi keanekaragaman harga, merek, kualitas dan model

 Sumber:
http://rackdisplay.wordpress.com/2012/06/09/belanja-kebutuhan-atau-kesenangan/#more-368

(perilaku konsumen) Sub pokok bahasan 13: Pengaruh Situasi

1. JENIS-JENIS SITUASI KOMUNIKASI

~SITUASI KOMUNIKASI
Situasi komunikasi dapat didefinisikan sebagai latar di mana konsumen dihadapkan kepada komunikasi pribadi atau  nonpribadi. Komunikasi pribadi akan mencakupi percakapan yang mungkin diadakan oleh konsumen dengan orang lain, seperti wiraniaga atau sesame konsumen. Komunikasi nonpribadi akan melibatkan spektrum luas stimulus, seperti iklan dan program serta publikasi yang berorientasi konsumen (misalnya, Laporan Keuangan).

Pengaruh situasi mungkin pula timbul dari program tertentu di masa suatu iklan muncul.
Sesungguhnya, beberapa studi telah melaporkan efek seperti ini. Di dalam satu penelitian, keadaan suasana hati penonton sementara menyaksikan iklan di pengaruhi oleh acara di sekelilingnya. Acara yang menyenangkan menyebabkan suasana hati yang lebih menyenangkan selama pemaparan iklan dibandingkan dengan acara yang menimbulkan rasa sedih., keadaan suasana hati yang lebih menguntungkan ini menyebabkan subyek mempunyai pikiran yang lebih positif sementara mengolah iklan, dan juga ingatan yang lebih baik akan informasi dalam iklan bersangkutan. Namun, dampak acara TV mungkin bergantung kepada jenis iklannya. Studi terbatu melaporkan bahwa acara yang menyenangkan menghasilkan ingatan yang lebih besar daripada acara yang membuat sedih untuk iklan yang menyenangkan, sementara acara tersebut tidak mempunyai efek yang berarti pada ingatan untuk iklan yang menyedihkan. 
Begitu pula, minat atau keterlibatan konsumen dengan suatu acara mungkin menentukan sebagian keefektifitan iklan. Ingatan akan merek yang diiklankan dan teks iklan lebih rendah untuk iklan yang diperhatikan selama suatu acara yang lebih melibatkan dibandingkan acara yang kurang melibatkan penonton. Selain itu, sikap terhadap iklan kerap lebih menguntungkan bila pemaparan iklan terjadi selama acara yang kurang melibatkan penonton.
Para pelaksana sangat sadar akan pengaruh potensial yang mungkin ditimbulkan oleh suatu program keefektifan iklan mereka. Cola-cola, musalnya menghindari dari pemutaran iklan selama cara berita TV kerena akan ada beberapa berita untuk buruk di dalamnya dan Coke adalah produk yang menyenangkan dan ringan. Perhatian serupa menyebabkan Chrysler menarik iklannya dari mini seri ABC “Amerika” yang merupakan topik dari konsumen dalam fokus.

~ SITUASI PEMBELIAN
Situasi pembelian mengacu pada latar di mana konsumen memperoleh produk dan jasa. Pengaruh situasi sangat lazim selama pembelian. Sebagai contoh yang sederhana, pertimbangan perubahan hebat dalam kepekaan konsumen akan harga di dalam situasi pembelian. Penjualan makanan akan merasa sangat sulit untuk membebankan harga yang harus dibayar konsumen untuk soda  dan jajanan di bioskop atau stadion baseball/stadion bola.

Pengaruh situasi dapat mewujudkan diri dalam bermacam cara selama pembelian, beberapa bentuk utama dideskripsikan berikut ini :
Lingkungan Informasi
Lingkungan Informasi mengacu pada keseluruhan jajaran data yang berkaitan dengan produk yang tersedia bagi konsumen. Sifat Lingkungan Informasi akan menjadi determinan penting dari perilaku pasar kerika konsumen terlibat di dalam semacam bentuk pengambilan keputusan nonkebiasaan. Sebagian dari karakteristik lingkungan yang utama mencakupi :
Ketersediaan Informasi
Beban Informasi
Format Informasi
Bentuk Informasi
Lingkungan Eceran
Sifat fisik dari lingkungan eceran, kerap diacu sebagai store atmospheries, sangat menarik bagi para pemasar karena dua alasan mendasar. Pertama, berbeda dengan banyak pengaruh situasi yang berada di luar kendali pemasar, mereka mempunyai kemampuan untuk menciptakan lingkungan eceran. Kedua, pengaruh ini dibidikkan kepada konsumen dapat di tempat yang benar di dalam toko.
Dari prespektif pemasar, atmospherics suatu toko dapat mempunyai sejumlah efek yang diharapkan pada konsumen. Pertama, atmospherics dapat membantu membentuk arah maupun dari durasi perhatian konsumen, sehingga meningkatkan kemungkinan pembelian untuk produk yang mungkin saja terabaikan. Kedua, lingkungan eceran dapat mengekspresikan berbagai aspek mengenai toko kepada konsumen, seperti khalayak yang dimaksudkan dan penempatan (misalnya, toko busana berharap untuk menarik pelanggan skala atas dengan citra mode). Akhirnya, latar toko dapat pula mendatangkan reaksi emosi tertentu dari konsumen (misalnya, kesenangan dan kegairahan). Penelitian mengemukakan bahwa perasaan ini dapat mempengaruhi jumlah waktu dan uang yang dihabiskan sewaktu berbelanja.
Lingkungan eceran terdiri dari beberapa macam elemen diantaranya :
 Musik
Tata Ruang dan Lokasi di Dalam Toko
Warna
Bahan POP (Point-Of-Purchase)
Wiraniaga
Kesesakan
Pengaruh Waktu

~SITUASI PEMAKAIAN
Situasi pemakai (Usage Situaition), yang mengacu pada latar di mana konsumsi terjadi. Dalam banyak kejadian, situasi pembelian dan pemakaian sebenarnya sama (misalnya, konsumen yang memakan hidangan mereka di restoran fast-food). Tetapi, konsumen produk kerap di dalam latar yang sangat jauh, baik secara fisik maupun temporal, dari latar di mana produk diperoleh.
Lingkungan sosial yang mencirikan situasi pemakaian dapat mempunyai pengaruh penting pada perilaku konsumen. Di dalam lingkungan dewasa ini yang semakin antirokok, kehadiran orang yang bukan perokok kerap akan berfungsi sebagai rintangan bagi perokok yang ingin menyalakan rokoknya. Penjualan bir khususnya peka terhadap apakah konsumsi terjadi di dalam latar umum versus pribadi. Antara 80 dan 90 persen penjualan bir impor adalah “di dalam gedung” (misalnya, di dalam bar dan restoran) di mana orang lain dapat melihat jenis biar yang diminum. Sebagai kontras, 70 persen dari penjualan merek domestik dihasilkan oleh konsumsi di dalam rumah.
Waktu dimana pemakaian terjadi mungkin pula mempengaruhi perilaku konsumen. Sebagai contoh, konsumsi makanan sangat bergantung pada waktu dalam satu hari. Kita jarang memakan spageti untuk sarapan atau serealia untuk makan malam. Sebagai contoh memperlihatkan preferensi mahasiswa atau masyarakat intuk berbagai buah bergantung pada waktu dalam satu hari dan konteks di mana konsumsi terjadi. Contoh : buah pesik adalah buah yang paling disukai untuk sarapan atau jajanan pada siang hari, tetapi digantikan dengan arbie untuk pencuci mulut pada waktu makan malam.

2. INTERAKSI ORANG-SITUASI
Sacara implisit mengasumsikan bahwa semua konsumen berespons dengan cara yang sama terhadap situasi tertentu. Namun, kenyataannya tidak harus demikian. Walaupun sebagaian konsumen mungkin sangat dipengaruhi oleh variasi situasi, yang lain mungkin sering terbukti agar tidak peka.
 Ide bahwa konsumen tidak homogeny dalam respons mereka trehadap faktor situasi memiliki implikasi penting untuk pemangsaan pasar. Karena kosumen yang berbeda mungkin mencari manfaat produk yang berbeda, yang dapat berubah melintasi situasi pemakaian yang berbeda, diskon berargumen bahwa pemasar mungkin kerap perlu menggunakan pemangsaan orang-situasi. Ini adalah manfaat yang seharusnya disampaikan oleh produk dalam membujuk pangsa pasar orang-situasi yang spesifik. Selain itu, beberapa pangsa orang-situasi mencari manfaat yang unik (misalnya, lation musim dingin dengan wangi-wangian untuk pemain ski wanita). Pabrik suntan yang tertarik untuk menargetkan wanita dewasa berkulit hitam yang menggunakan produk tersebut sewaktu bermain ski, misalnya, harus menyertakan bahan yang akan memberikan perlindungan khusus sinar matahari dan cuaca, formula antibeku, dan wangi-wangian parfum musim dingin yang menarik bagi wanita.
 
3. PENGARUH SITUASI TIDAK TERDUGA
Pemasar kadang bertanya kepada konsumen target mengenai maksud pembelian mereka untuk ,meramalkan permintaan produk pada masa dating. Walaupun maksud pembelian dapat, dalam kondisi yang tepat, besifat prediktif mengenai perilaku masa datang, satu ancaman besar terhadap daya prediktif mereka adalah gangguan yang disebabkan oleh pengaruh situasi yang tak terduga. Sebagai contoh, seorang konsumen mungkin sepenuhnya mengantisipasikan pembelian merek kripik kentang tertentu selama kunjungan yang berikutnya ke toko makanan. Namun, maksud pembelian ini mungkin tidak terpenuhi bila produk tersebut habis atau bila ada ada merek lain dengan kualitas sama dijual di sana. Sebaliknya, seorang konsumen mungkin tidak berminat untuk membeli suatu produk sewaktu disurvai pada waktu tertentu. Namun, pembelian berikutnya mungkin terjadi karena semacam kejadian yang tidak diantisipasikan (misalnya, orang yang bukan peminum kopi membeli kopi untuk orangtuanya yang suka minum kopi).
Dari prespektif pemasaran, pokok penting di sini secara sederhana adalah bahwa orang harus mengenali potensi pengaruh situasi yang tak terduga dapat merusak keakuratan ramalan yang didasarkan pada maksud pembelian. Walaupun lerap diharapkan bahwa efek seperti ini akan cenderung diseimbangkan (yaitu, jumlah pelanggan yang hilang karena pengaruh situasi yang tak terduga akan diimbangi oleh jumlah yang didapat karena alasan yang sama), kenyataannya mungkin tidak demikian.

(perilaku konsumen) Sub pokok bahasan 12: Pengaruh keluarga dan rumah tangga

1. Keluarga dan studi tentang perilaku konsumen
Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis perilaku konsumen. Pentingnya keluarga timbul karena dua alasan :
a.      Banyak produk yang dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga. Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh kedua pasangan, mungkin dengan melibatkan anak, kakek-nenek, atau anggota lain dari keluarga besar. Mobil biasanya dibeli oleh keluarga, dengan kedua pasangan dan kerap anak remaja mereka terlibat dalam berbagai tahap keputusan. Bentuk favorit dari kegiatan waktu senggang bagi banyak keluarga adalah berkunjung ke pusat perbelanjaan setempat. Kunjungan tersebut kerap melibatkan banyak anggota keluarga yang membeli berbagai barang rumah tangga, busana, dan bahan makanan.
b.      Ketika pembelian dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota lain.dalam keluarganya. Orang yang bertanggung jawab untuk pembelian dan persiapan makanan keluarga mungkin bertindak sebagai individu di pasar swalayan, tetapi dipengaruhi oleh preferensi dan kekuasaan anggota lain dalam keluarga. Konsumen tersebut mungkin menyukai makanan dan kegiatan waktu senggang yang sama, dan mengemudikan merek mobil yang sama dengan anggota yang lain dalam keluarga. Pengaruh keluarga dalam keputusan konsumen tersebut benar-benar meresap.
 
 
2. Penentu keputusan pembelian pada suatu keluarga
Keputusan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya lima peranan yang dapat didefinisikan. Peranan-peranan ini mungkin dipegang oleh suami, istri, anak, atau anggota lain dalam rumah tangga. Peranan ganda atau aktor ganda adalah normal.
1.      Penjaga pintu (gatekeeper)
Inisiator pemikiran keluarga mengenai pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk membantu pengambilan keputusan
2.      Pemberi pengaruh (influencer)
Individu yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian dan produk atau merek mana yang paling mungkin cocok dengan kriteria evaluasi itu
3.      Pengambil keputusan (decider)
Orang dengan wewenang atau kekuasaan keuangan untuk memilih bagaimana uang keluarga akan dibelanjakan dan produk atau merek apa yang yang akan dipilih.
4.      Pembeli (buyer)
Orang yang bertindak sebagai agen pembelian yang mengunjungi toko, menghubungi penyuplai, menulis cek, membawa produk kerumah, dan seterusnya
5.      Pemakai (user).
            Peranan memberi pengaruh mungkin dipegang oleh orang yang paling ahli. Sebagai contoh, orangtua mungkin menjadi pengambil keputusan mengenai mobil mana yang mereka akan beli, tetapi remaja kerp memainkan peranan utama sebagai penjaga pintu informasi dan sebagai pemberi pengaruh karena pengetahuan yang lebih banyak mengenai unjuk kerja, cirri produk, atau norma social.
 
3. Family Life Cycle (FLC)
 Family life cycle dapat diartikan sebagai gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga. FLC terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.
            FLC tradisional yaitu pergerakan tahap yang sebagian besar keluarga lewati, dimulai dari belum menikah (bujangan), menikah, pertumbuhan keluarga, penyusutan keluarga, dan diakhiri dengan putusnya unit dasar. Tahapan dari FLC model adalah:
1.      Stage I
Bachelor = pemuda/i single dewasa yang hidup berpisah dengan orang tua.
2.      Stage II
Honeymooners = pasangan muda yang baru menikah.
3.      Stage III
Parenthood = pasangan yang sudah menikah setidaknya ada satu anak yang tinggal hidup bersama.
4.       Stage IV
Postparenthood = sebuah pasangan menikah yang sudah tua dimana tidak ada anak yang tinggal hidup bersama.
5.      Stage V
Dissolution = salah satu pasangan sudah meninggal.
            FLC Non-traditional, yaitu:
1.      Family household
a.       Childless couples pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak dikarenakan oleh pasangan tersebut lebih memilih pada pekerjaan.
b.      Pasangan yang menikah diumur diatas 30 tahun – menikah terlalu lama dikarenakan karir dimana memutuskan untuk memiliki sedikit anak atau justru malah tidak memiliki anak.
c.       Pasangan yang memiliki anak di usia yang terlalu dewasa (diatas 30 tahun).
d.      Single parent I – single parent yang terjadi karena perceraian.
e.       Single parent II – pria dan wanita muda yang mempunyai satu atau lebih anak diluar pernikahan.
f.       Single parent III – seseorang yang mengadopsi satu atau lebih anak.
g.      Extended family – seseorang yang kembali tinggal dengan orang tuanya untuk menghindari biaya yang dikeluarkan sendiri sambil menjalankan karirnya. Misalnya anak, atau cucu yang cerai kemudian kembali ke rumah orang tuanya.
2.      Non family household
a.       Pasangan tidak menikah
b.      Perceraian tanpa anak
c.       Single person – orang yang menunda pernikahan atau bahkan memutuskan untk tidak menikah
d.      Janda atau duda
 
4. Perubahan struktur keluarga dan rumah tangga
Industrialisasi telah membawa pengaruh signifikan dalam perubahan struktur keluarga di Indonesia. Sebelum berkembangnya industrialisasi di Indonesia struktur keluarga terdiri dari keluarga besar yaitu keluarga yang terdiri dari kakek, nenek, anak, suami dan cucu-cucunya atau bisa disebut dengan keluarga dengan beberapa generasi dalam satu atap. Setelah industrialisasi berkembang di Indonesia menyebabkan orang-orang desa pindah ke kota dengan alasan meningkatkan ekonomi keluarga sehingga lambat laun keluarga besar pun semakin menipis hingga akhirnya terbentuk keluarga kecil. Keluarga kecil ini pun salah satunya terbentuk akibat adanya program keluarga berencana yang diciptakan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Dan saat ini muncul pula fenomena struktur keluarga kecil dengan tipe single perent yang terjadi akibat moral masyarakat yang lemah.
 
5. Metode riset untuk mengetahui pengambil keputusan oleh keluarga
Studi mengenai struktur peran kerap memandang pembelian sebagai tindakan ketimbang proses dan mendasarkan temuan pada pernyataan seperti “siapa biasanya yang menambil keputusan pembelian?” atau “siapa yang mengambil keputusan ?”. Namun, bukti tersebut menunjukkan bahwa peranan dan pengaruh anggota keluarga bervariasi menurut tahap di dalam proses keputusan.
            Sebuah contoh dari metodologi proses diberikan oleh Wilkes, yang merasa bahwa pernyataan berikut ini berguna untuk mengukur pengaruh keluarga :
1.      Siapa yang bertanggung jawab untuk pengenalan awal?
2.      Siapa yang bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai alternative pembelian?
3.      Siapa yang mengambil keputusan akhir mengenai alternative man yang harus dibeli?
4.      Siapa yang membuat pembelian actual terhadap produk?
            Hasil yang lebih baik diperoleh dengan menggunakan metodologi ini dibandingkan dengan ukuran yang lebih global. Suami dan istri lebih mungkin menganut persepsi yang sama mengenia pengaruh relative mereka untuk fase tertentu daripada bila pengajuan pertnyaan gagal menanyakan tentang tahap-tahap keputusan.

Sumber:
http://nonaninda.blogspot.com/2013/01/pengaruih-keluarga-dan-rumah-tangga.html
 
 
 
 
 
 

(perilaku konsumen) Sub pokok bahasan 11: Pengaruh individu

 Pengaruh kelompok referensi
Kelompok referensi/acuan adalah individu/kelompok nyata atau khayalan yang memiliki pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain. Kelompok acuan (yang paling berpengaruh terhadap konsumen) mempengaruhi orang lain melalui norma, informasi, dan melalui kebutuhan nilai ekspresif konsumen.
Pemasar harus dapat mengidentifikasi peran seseorang di dalam kelompoknya dalam pengambilan keputusan, dan harus menekankan pada si pengambil keputusan. Penyesuaian dilakukan hanya untuk sekadar menyesuaikan diri agar diterima oleh kelompok atau penyesuaian yang mengubah kepercayaan. Orang butuh untuk menilai opini dan kemampuan mereka dengan membandingkannya dengan opini dan kemampuan orang lain. Dalam polarisasi kelompok, perbedaan pandangan antara kelompok dengan individu, dan kelompok dapat berubah pandangannya dikarenakan informasi dan budaya yang ada.

Kelompok referensi / acuan menurut Kotler dan Armstrong adalah : “Kelompok -kelompok yang memiliki pengaruh  langsung atau pengaruh tidak langsung pada sikap dan prilaku seseorang.” Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang  dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku Anggota kelompok referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam hal selera. Oleh karena itu konsumen selalu mengawasi kelompok tersebut baik prilaku fisik maupun mentalnya.
Kelompok acuan dapat berbentuk organisasi formal yang besar, terstruktur dengan baik, memiliki jadwal pertemuan rutin, dan karyawan-karyawan yang tetap. Di lain pihak, kelompok acuan juga dapat berbentuk kelompok kecil dan informal. Kelompok acuan terdiri dari orang-orang yang dikenal secara mendalam (seperti keluarga atau sahabat) atau orang-orang yang dikenal tanpa ada hubungan yang mendalam (klien) atau orang-orang yang dikagumi (tokoh atau artis). Karena orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki kemiripan, mereka sering kali terpengaruh dengan mengetahui bagaimana orang lain menginginkan mereka menjalani hidup.

Kecenderungan orang untuk menjadi bagian dari kelompok acuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keakraban, ekspos terhadap seseorang (Mere Exposure), dan kepaduan kelompok.
Terdapat beberapa bentuk kelompok acuan yang dapat mempengaruhi konsumen dalam perilaku konsumsi, yaitu kelompok pertemanan, kelompok belanja, kelompok kerja, komunitas maya dan kelompok aksi konsumen.
Seorang pemberi opini ini adalah orang yang sering kali mampu mempengaruhi sikap atau perilaku orang lain. Opinion leader memiliki sumber informasi yang berharga. Yang biasanya menjadi opinion leader adalah artis, ahli atau pakar di bidang tertentu, orang awam (biasa), pimpinan perusahaan, dan karakter
Dalam strategi pemasaran, agar dapat diterima konsumen maka informasi disampaikan oleh opinion leader yang sesuai dengan karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan.


(perilaku konsumen) Sub pokok bahasan 10: Pengaruh klas sosial dan status

1. Jenjang sosial
Jenjang sosial selalu menjadi masalah sebuah negara, baik negara maju maupun bagi negara yang sedang berkembang. Masalah jenjang sosial sampai saat ini belum mendapatkan jalan keluar, mengingat masih banyak pengangguran dan juga penghasilan masyarakat yang belum mampu menutupi kebutuhannya sehari-hari. Karena itu, pemerintah mengharapkan adanya kerjasama dengan berbagai kegiatan sosial, agar jenjang sosial ini dapat diminimalisir.

2. Pengertian jenjang sosial
Jenjang social adalah kondisi dimana seseorang berada pada posisi yang mencerminkan status social di masyarakat yang memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kelas social di masyarakat yang sedang diraihnya,sehingga jenjang social akan senantiasa berubah seiring dengan pencapaian dan keberhasilan seseorang dalam merubah kelas socialnya.

3. Faktor penentu kelas sosial
Kelas social merujuk kepada perbedaan hierarkis atau stratifikasi anatara insane atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan social,namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori kedalam golongan social yang sama.
Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
1.    Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam menentukan strata sosial/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan waktu yang tidak singkat.
2.pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja, dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
 
4. Pengukuran kelas sosial
Kelas sosial seseorang terukur dari bagaimana orang lain menilai dan menghormati kelas sosial yang dimilikinya. Pengukuran kelas sosial juga dapat dilakukan melalui beberapa kriteria ukuran sebagai berikut.:

1. Ukuran subjektif
Dimana sseeorang diminta untuk menentukan sendiri posisi kelas sosialnya.

2. Ukuran reputasi
Kelas sosial ditentukan oleh orang lain yang dari luar lingkungannya, biasanya dinilai dari seberaa besar orang lain mengenal namanya.

3. Ukuran objektif
Kelas sosial di tentukan berdasarkan atas variable sosioekonomi seperti pekerjaan, besarnya pendapatan, dan pendidikan.
 
5. Apakah kelas sosial berubah?
Kelas sosial yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil kerja keras, dengan kerja keras tentu kelas sosial akan meningat, namun untuk mempertahankannya pun butuh perjuangan, bil tidak, maka kelas sosial yang sebelumnya dimiliki, akan mengalami penurunan.
Kelas sosial senantiasa akan berubah seiring dengan prestasi seseorang dimasyarakat, untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu terjaga, maka ia perlu menjaganya dengan usaha yang keras. 
 
6. Pemasaran pada segmen pasar berdasar klas sosial
Untuk mencapai hasil pemasaran yang optimal, kita pertama kali harus terlebih dahulu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual. Segmentasi pasar pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa berdasar pembagian demografis; berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun juga berdasar gaya hidup (psikografis).
Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal, pembagain yang sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas). 
 

(perilaku konsumen) Sub pokok bahasan 9: Pengaruh kebudayaan terhadap pembelian dan konsumsi

1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata buddayah berasal dari kata budhi atau akal. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia;
2. kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan
3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2. Dimanakah seseorang menemukan nilai-nilai yang dianutnya?
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:
(1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul;
(2) Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
(3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut.
(4) Penghargaan dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
(5) Tanggung jawab untuk memilih : adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

3. Pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
 ~ Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
~Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
 ~Pengaruh budaya yang tidak disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
~Pengaruh budaya dapat memuaskan kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.
 ~Pengaruh budaya dapat dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat.Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
~Pengaruh budaya yang berupa tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.

4. Dampak nilai-nilai inti terhadap pemasar
- Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
- Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
- Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.

5. Perubahan nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.

- Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.

- Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.

- Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.

- Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.

Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-konsumsi/