Minggu, 01 Desember 2013

Belanja itu kebutuhan atau kesenangan ?

Dulu, orang berbelanja (membeli suatu barang) karena memang dia membutuhkan barang tersebut. Dia membeli    pakaian karena pakaian tersebut diperlukan – misalnya – untuk berlebaran. Membeli sabun karena sabun mandi dirumah sudah habis, atau membeli apa saja, umumnya karena barang tersebut dibutuhkan. Tempat berbelanjanya pun biasanya nggak pilih-pilih. Di pasar, oke. Di toko atau bahkan di warung-warung nggak masalah Keluhannya paling-paling masalah harga dan kualitas barang.
Seiring berkembangnya jaman, maka motif berbelanjapun mengalami perubahan. Dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan suatu barang, sekarang berbelanja juga dapat dijadikan sebagai bentuk mencari suatu kesenangan. Nah atas dasar inilah maka menjamurlah supermarket, hypermarket dan department  store dinegeri kita ini. Mereka berlomba-lomba menyediakan segala macam fasilitas untuk “menyenangkan” konsumen atau calon konsumennya……..
Berbelanja untuk mencari kesenangan artinya kecuali membeli barang-barang (yang kadang tidak terlalu dibutuhkan), dengan berbelanja dia akan merasa senang, bahagia, bergairah, lega dan nikmat. Untuk sampai pada situasi yang demikian, maka ada beberapa ukuran pencapaian. Pertama, berbelanja harus dirasakan sebagai tantangan yang menggembirakan dan menggairahkan. Artinya ketika berbelanja ada sensasi yang berkesan dan  membuat hati senang. Kedua, belanja merupakan media untuk bersosialisasi, bertemu dengan teman-teman, relasi  atau sarana rekreasi bersama keluarga. Adalah hal yang menyenangkan apabila sambil berbelanja, mereka juga bisa saling berbagi cerita, bergosip ria, sebagai ajang bertransaksi dengan relasi mereka, atau mengajak anak istri/suami melepas penat. Ketiga, berbelanja diyakini dapat untuk menghilangkan stress. Stres karena pekerjaan kantor yang berjibun, atau stress karena rutinitas pekerjaan di rumah. Dengan berbelanja, melihat-lihat barang/produk di rak-rak display, atau bahkan hanya sekedar jalan-jalan di supermarket misalnya, dipercaya dapat menghilangkan stress. Keempat, berbelanja  dapat menambah pengetahuan, setidaknya pengetahuan tentang produk-produk baru, mode yang sedang trendy atau pengetahuan tentang teknologi terbaru.
Yang tidak boleh dilupakan adalah motif belanja yang “konvensional” atau konvensional model baru. Yaitu disamping berbelanja barang-barang yang dibutuhkan mereka juga  memperoleh produk dan layanan yang berkualitas, serta penggunaan waktu dan tenaga yang efisien. Ukuran pencapaiannya adalah pertama, kualitas produk yang dijual di supermarket misalnya, berkualitas baik, mudah dicari dan diambil dan dikemas dengan baik. Kedua kualitas layanan berupa perhatian dan tawaran pertolongan dari wiraniaga tanpa merasa sedang diawasi, layanan parkir, layanan penitipan barang, dan sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan atau status seseorang, maka motif berbelanjanyapun akan bergeser dari sekedar mencari barang-barang yang dibutuhkan dengan kualitas prima kepada mencari barang sekaligus memperoleh kesenangan. Bergeser secara fisik dari berbelanja ditoko-toko, warung-warung atau pasar-pasar tradisional ke supermarket dan department store. Memang tidak semua, tapi itulah yang sedang terjadi, dan hal inilah yang harus diwaspadai oleh Anda para pebisnis supermarket atau sejenisnya. Suka tidak suka, mau tidak mau, Anda harus senantiasa meningkatkan fungsi-fungsi pemasaran Anda untuk menjawab kecenderungan tersebut.
Fungsi pemasaran atau lebih spesifik lagi atribut-atribut supermarket apa sajakah yang harus Anda kelola?  Pertama adalah faktor kenyamanan suasana yang dirasakan orang pada saat mengamati barang yang ditawarkan. Termasuk didalamnya adalah rancangan fisik supermarket, tata layout, display barang, tata warna, tata udara dan elemen arsitek lainnya.  
Kedua, faktor sosial, yaitu bagaimana rancangan fisik supermarket dapat dijadikan sarana berinteraksi dengan teman atau relasi,  atau sarana rekreasi bersama keluarga. 
Ketiga  lokasi supermarket yang bersangkutan. Termasuk didalamnya adalah kemudahan mencapai lokasi, kemudahan transportasi dan kemudahan parkir.  
Keempat  layanan pramuniaga, apakah cukup responsif, membantu, dapat dipercaya, ramah, empati, dan sebagainya. Dan yang terakhir adalah barang dagangannya sendiri, meliputi keanekaragaman harga, merek, kualitas dan model

 Sumber:
http://rackdisplay.wordpress.com/2012/06/09/belanja-kebutuhan-atau-kesenangan/#more-368

Tidak ada komentar:

Posting Komentar