Dulu, orang berbelanja (membeli suatu barang) karena memang dia
membutuhkan barang tersebut. Dia membeli pakaian karena pakaian
tersebut diperlukan – misalnya – untuk berlebaran. Membeli sabun karena
sabun mandi dirumah sudah habis, atau membeli apa saja, umumnya karena
barang tersebut dibutuhkan. Tempat berbelanjanya pun biasanya nggak
pilih-pilih. Di pasar, oke. Di toko atau bahkan di warung-warung nggak
masalah Keluhannya paling-paling masalah harga dan kualitas barang.
Seiring berkembangnya jaman, maka motif berbelanjapun mengalami
perubahan. Dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan suatu barang,
sekarang berbelanja juga dapat dijadikan sebagai bentuk mencari suatu
kesenangan. Nah atas dasar inilah maka menjamurlah supermarket,
hypermarket dan department store dinegeri kita ini. Mereka
berlomba-lomba menyediakan segala macam fasilitas untuk “menyenangkan”
konsumen atau calon konsumennya……..
Berbelanja untuk mencari kesenangan artinya kecuali membeli
barang-barang (yang kadang tidak terlalu dibutuhkan), dengan berbelanja
dia akan merasa senang, bahagia, bergairah, lega dan nikmat. Untuk
sampai pada situasi yang demikian, maka ada beberapa ukuran pencapaian. Pertama,
berbelanja harus dirasakan sebagai tantangan yang menggembirakan dan
menggairahkan. Artinya ketika berbelanja ada sensasi yang berkesan dan
membuat hati senang. Kedua, belanja merupakan media untuk
bersosialisasi, bertemu dengan teman-teman, relasi atau sarana rekreasi
bersama keluarga. Adalah hal yang menyenangkan apabila sambil
berbelanja, mereka juga bisa saling berbagi cerita, bergosip ria,
sebagai ajang bertransaksi dengan relasi mereka, atau mengajak anak
istri/suami melepas penat. Ketiga, berbelanja diyakini dapat
untuk menghilangkan stress. Stres karena pekerjaan kantor yang berjibun,
atau stress karena rutinitas pekerjaan di rumah. Dengan berbelanja, melihat-lihat
barang/produk di rak-rak display, atau bahkan hanya sekedar jalan-jalan
di supermarket misalnya, dipercaya dapat menghilangkan stress. Keempat,
berbelanja dapat menambah pengetahuan, setidaknya pengetahuan tentang
produk-produk baru, mode yang sedang trendy atau pengetahuan tentang
teknologi terbaru.
Yang tidak boleh dilupakan adalah motif belanja yang “konvensional”
atau konvensional model baru. Yaitu disamping berbelanja barang-barang
yang dibutuhkan mereka juga memperoleh produk dan layanan yang
berkualitas, serta penggunaan waktu dan tenaga yang efisien. Ukuran
pencapaiannya adalah pertama, kualitas produk yang dijual di supermarket misalnya, berkualitas baik, mudah dicari dan diambil dan dikemas dengan baik. Kedua
kualitas layanan berupa perhatian dan tawaran pertolongan dari
wiraniaga tanpa merasa sedang diawasi, layanan parkir, layanan penitipan
barang, dan sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan atau status seseorang, maka
motif berbelanjanyapun akan bergeser dari sekedar mencari barang-barang
yang dibutuhkan dengan kualitas prima kepada mencari barang sekaligus
memperoleh kesenangan. Bergeser secara fisik dari berbelanja
ditoko-toko, warung-warung atau pasar-pasar tradisional ke supermarket
dan department store. Memang tidak semua, tapi itulah yang sedang
terjadi, dan hal inilah yang harus diwaspadai oleh Anda para pebisnis
supermarket atau sejenisnya. Suka tidak suka, mau tidak mau, Anda harus
senantiasa meningkatkan fungsi-fungsi pemasaran Anda untuk menjawab
kecenderungan tersebut.
Fungsi pemasaran atau lebih spesifik lagi atribut-atribut supermarket apa sajakah yang harus Anda kelola? Pertama
adalah faktor kenyamanan suasana yang dirasakan orang pada saat
mengamati barang yang ditawarkan. Termasuk didalamnya adalah rancangan
fisik supermarket, tata layout, display barang, tata warna, tata udara
dan elemen arsitek lainnya.
Kedua, faktor sosial, yaitu
bagaimana rancangan fisik supermarket dapat dijadikan sarana
berinteraksi dengan teman atau relasi, atau sarana rekreasi bersama
keluarga.
Ketiga lokasi supermarket yang bersangkutan.
Termasuk didalamnya adalah kemudahan mencapai lokasi, kemudahan
transportasi dan kemudahan parkir.
Keempat layanan pramuniaga,
apakah cukup responsif, membantu, dapat dipercaya, ramah, empati, dan
sebagainya. Dan yang terakhir adalah barang dagangannya sendiri,
meliputi keanekaragaman harga, merek, kualitas dan model
Sumber:
http://rackdisplay.wordpress.com/2012/06/09/belanja-kebutuhan-atau-kesenangan/#more-368
Tidak ada komentar:
Posting Komentar